TUPOKSI BIDANG KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN PANGAN
DINAS KETAHANAN PANGAN KOTA PRABUMULIH
SEKSI KETERSEDIAAN PANGAN
Perumusan kebijakan ketersediaan pangan yang tepat harus didasari oleh data dan informasi yang berkualitas yaitu yang relevan, tepat waktu dan akurat. Informasi mengenai situasi penyediaan pangan secara menyeluruh di suatu negara atau wilayah digambarkan melalui Neraca Bahan Makanan (NBM). Penyusunan NBM dilakukan dalam periode tahunan untuk menyajikan informasi ketersediaan bahan makanan secara nasional. Dengan mencermati NBM dari tahun ke tahun dapat diketahui adanya perubahan jenis dan ketersediaan serta tingkat kecukupan menurut kebutuhan gizi bahan makanan yang harus tersedia untuk konsumsi penduduk secara keseluruhan.
NBM menunjukkan ketersediaan bahan pangan untuk setiap komoditas dan olahannya yang lazim dikonsumsi penduduk berdasarkan sumber penyediaan dan penggunaannya. Penyediaan diperoleh dari jumlah total bahan pangan yang diproduksi dengan jumlah total yang diekspor selama periode NBM juga berguna untuk menganalisis situasi pangan suatu negara. Metode penghitungan NBM Nasional mengacu pada metode dari Food and Agriculture Organization (FAO). Data dan informasi yang digunakan bersumber dari data resmi yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
NBM menyajikan angka rata-rata bahan makanan perkomoditas yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk dalam kilogram perkapita pertahun serta dalam gram per hari. Selanjutnya untuk mengetahui nilai gizi bahan makanan yang tersedia tersebut, maka angka ketersediaan bahan makanan perkapita perhari diterjemahkan ke dalam satuan energi, protein dan lemak. Penyusunan NBM mengacu kepada metode dari Food and Agriculture Organization (FAO) yang kemudian disesuaikan dengan kondisi ketersediaan data di Indonesia, serta memperhatikan pendapat dan saran para ahli pertanian, ekonomi dan statistik khususnya dalam asumsi dasar yang melandasi penyusunan NBM di Indonesia. Kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia dipantau dengan menggunakan ukuran melalui Pola Pangan Harapan (PPH). Skor PPH Indonesia sejak tahun 2009 sampai sekarang mengalami fluktuasi bahkan cenderung mengalami penurunan. Hal ini disebabkan masih rendahnya konsumsi pangan hewani sayur dan buah. Situasi seperti ini terjadi karena pola pangan masyarakat yang kurang beragam, bergizi dan seimbang sehingga belum memenuhi komposisi ideal yang dianjurkan, seperti kelompok umbi, pangan hewani, sayuran dan aneka buah dan semakin meningkatnya konsumsi produk impor seperti gandum dan terigu.
Sedangkan PPH (Pola Pangan Harapan) menurut definisi dari FAO-RAPA (1989) adalah komposisi keseimbangan energi dari 9 (Sembilan) kelompok pangan dengan mempertimbangkan segi daya terima, ketersediaan pangan, ekonomi, budaya dan agama. Pengertian tersedia untuk dikonsumsi penduduk adalah yang tersedia di tingkat pedagang pengecer (retail level). Selanjutnya untuk mengetahui nilai gizi dalam bahan makanan yang tersedia untuk dikonsumsi, maka angka ketersediaan pangan untuk dikonsumsi perkapita perhari diterjemahkan dalam satuan kkal untuk energi dan gram untuk protein dan lemak.
Tujuan penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan (PPH) di Kota Prabumulih antara lain :
Manfaat yang diperoleh dari disusunnya Neraca Bahan Makanan (NBM) dan Pola Pangan Harapan ( PPH) Kota Prabumulih adalah :
Data-data yang diperlukan dalam kegiatan ini diperoleh dari :
Data-data yang diperlukan dalam penyusunan Pola Pangan Harapan ( PPH ) adalah :
TABEL NERACA BAHAN MAKANAN / FOOD BALANCE SHEET TAHUN 2019
(Terlampir)
Tabel Ketersediaan Pangan Perkapita Pertahun Berdasarkan Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM) Kota Prabumulih Tahun 2018 dan 2019
No |
Kelompok Pangan |
Banyaknya Bahan Pangan Yang Tersedia |
|||
Tahun 2018 |
Tahun 2019 |
||||
Gr/kap/hr |
Kg/kap/thn |
Gr/kap/hr |
Kg/kap/thn |
||
1. |
Padi-padian |
327,4 |
119,5 |
333,5 |
121,7 |
2. |
Umbi – umbian |
86,2 |
31,4 |
93,7 |
34,2 |
3. |
Gula
|
13,3 |
4,8 |
5,3 |
1,9 |
4. |
Buah / Biji Berminyak |
64,5 |
23,6 |
57,7 |
21,1 |
5. |
Buah-buahan |
344,1 |
125,6 |
1245,7 |
454,7 |
6. |
Sayur-sayuran |
155,7 |
56,8 |
146,9 |
53,6 |
7. |
Daging Termasuk Jeroan |
40,5 |
14,8 |
50,5 |
18,4 |
8. |
Telur |
29,5 |
10,8 |
17,9 |
6,6 |
9. |
Susu |
18,6 |
6,8 |
18,4 |
6,7 |
10. |
Ikan
|
101,4 |
37,0 |
111,1 |
40,6 |
11. |
Minyak dan Lemak |
26,4 |
9,6 |
14,7 |
5,4 |
Tabel Komposisi Ketersediaan Zat Gizi Makanan Perkapita Pertahun Kota Prabumulih Tahun 2019 Berdasarkan Penyusunan Neraca Bahan Makanan (NBM)
No |
Kelompok Pangan
|
Kandungan Nilai Gizi dalam Bahan Pangan |
|||||
Kalori |
Protein |
Lemak |
|||||
Kkal/hr |
% |
Gr/hr |
% |
Gr/hr |
% |
||
1. |
Padi-padian
|
1.160 |
50,50 |
28.84 |
38,82 |
4.51 |
9,63 |
2. |
Umbi – umbian |
167 |
7,27 |
0,50 |
0,67 |
0,21 |
0,45 |
3. |
Gula |
19 |
0,83 |
0,03 |
0,04 |
0,10 |
0,21 |
4. |
Buah/Biji Berminyak |
172 |
7,49 |
11,21 |
15,09 |
8,98 |
19,20 |
5. |
Buah-buahan |
331 |
14,41 |
4,44 |
5,98 |
2,80 |
5,98 |
6. |
Sayur-sayuran |
70 |
3,05 |
4,03 |
5,42 |
0,75 |
1,60 |
7. |
Daging Termasuk Jeroan |
133 |
5,79 |
8,95 |
12,05 |
10,55 |
22,54 |
8. |
Telur |
30 |
1,31 |
2,02 |
2,72 |
2,29 |
4,89 |
9. |
Susu |
11 |
0,49 |
0,59 |
0,79 |
0,64 |
1,37 |
10. |
Ikan
|
72 |
3,14 |
13,68 |
18,41 |
1,37 |
2,93 |
11. |
Minyak dan Lemak
|
131 |
5,71 |
0,01 |
0,01 |
14,61 |
31,20 |
|
Jumlah |
2.297 |
100 |
74,29 |
100 |
46,81 |
100 |
Tabel Pola Pangan Harapan (PPH) Tingkat Ketersediaan Berdasarkan Neraca Bahan Makanan Kota Prabumulih Tahun 2019
No |
Kelompok Bahan Pangan |
Energi |
% AKE |
Bobot |
Skor Riil |
Skor PPH |
Skor Maks |
a |
b |
c |
d |
e |
f |
g |
h |
1. |
Padi-padian |
1160 |
48.33 |
0.5 |
24.17 |
24.17 |
25.0 |
2. |
Umbi-umbian |
167 |
6.96 |
0.5 |
3.48 |
2.5 |
2.5 |
3. |
Pangan Hewani |
247 |
10.29 |
2.0 |
20.58 |
20.58 |
24.0 |
4. |
Minyak dan Lemak |
131 |
5.46 |
0.5 |
2.73 |
2.73 |
5.0 |
5. |
Buah/Biji Berminyak |
45 |
1.88 |
0.5 |
0.94 |
0.94 |
1.0 |
6. |
Kacang-kacangan |
127 |
5.29 |
2.0 |
10.58 |
10.00 |
10.0 |
7. |
Gula |
19 |
0.79 |
0.5 |
0.40 |
0.40 |
2.5 |
8. |
Sayuran dan Buah |
401 |
16.71 |
5.0 |
83.54 |
30.00 |
30.0 |
9. |
Lain-lain |
- |
- |
- |
- |
- |
- |
|
Jumlah |
2,297 |
95.71 |
|
146.42 |
91.31 |
100 |
Keterangan Tabel :
c : bersumber dari hasil penyusunan Neraca Bahan Makanan Tahun 2016
di : c1/2400 x 100%
e : angka ketetapan
fi : di x ei
gi : skor AKG dengan memperhatikan Skor Maks, jika Skor AKG lebih tinggi
dari Skor Maks maka yang diambil adalah Skor Maks
H h : Angka ketetapan
Salah satu program Kementerian Pertanian yang sedang digalakkan adalah mewujudkan kedaulatan pangan, melalui program utama yaitu Swasembada Pangan yang didukung oleh program lainnya. Untuk menuju kedaulatan, ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia. Selain itu, ketahanan pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu bangsa, dan menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkait dengan hal tersebut, ketahanan pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanya melibatkan satu komponen bangsa, tapi harus melibatkan seluruh komponen bangsa, baik pemerintah maupun masyarakat, harus bersama-sama membangun ketahanan pangan secara sinergi. Hal inilah yang kemudian dijabarkan dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan, yang merumuskan ketahanan pangan sebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, halal, merata, dan terjangkau” dan ketahanan pangan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang Pangan tersebut kemudian dijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk diimplementasikan dalam keputusan Pemerintah Daerah.
Ketersediaan pangan mencakup kestabilan dan kesinambungan penyediaan pangan yang berasal dari aspek produksi dalam negeri, cadangan pangan dan keseimbangan antara ekspor dan impor dimana antara penawaran dan permintaan harus seimbang sehingga tidak berdampak pada kenaikkan harga. Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta stabil penyediaannya. Dengan demikian ketersediaan pangan wilayah merupakan prasyarat terwujudnya ketahanan pangan penduduk. Penyediaan pangan yang cukup, beragam, bergizi dan berimbang baik secara kuantitas maupun kualitas merupakan pondasi yang sangat penting dalam pembangunan sumberdaya manusia. Kekurangan pangan berpotensi memicu keresahan dan berdampak pada masalah sosial, kemanan dan ekonomi.
Akses pangan masyarakat aspek kritis dalam perwujudan ketahanan pangan karena merupakan salah satu subsistem ketahanan pangan selain ketersediaan dan pemanfaatan pangan hal pemenuhan pangan sehingga ketahanan pangan rumah tangga dapat tercapai. Akses pangan ini mencakup keterjangkauan dan kemudahan bahan pangan tersebut untuk diperoleh di pasaran sehingga sangat di tentukan oleh sumberdaya yang tersedia serta kesempatan-kesempatan yang dimiliki untuk memanfaatakan sumberdaya guna memenuhi kebutuh pangan. Selain itu akses pangan dipengaruhi 3 (tiga) aspek yakni aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial. Aspek fisik dipengaruhi oleh ketersediaan / produksi pangan dan sarana / prasarana infrastruktur dasar seperti akses jalan dan transportasi. Aspek ekonomi dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang sangat terkait dengan sumber mata pencarian dan pendapatan. Sedangkan aspek sosial dipengaruhi oleh pencarian dan pendapatan. Sedangkan aspek sosial dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk, bantuan sosial, budaya, konflik sosial dan kemanan. Data terkait stok, pasokan dan akses pangan disuatu wilayah mutlak diperlukan guna merumuskan kebijakan dan menentukan arah pembangunan ketahanan pangan di daerah. Data tersebut dapat diperoleh dengan melakuakn pemantauan langsung di lapangan secara kontinyu dan berkesinambungan dengan melibatkan instansi dan stakeholders terkait. Untuk itu melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi yang diperlukan guna mewujudkan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.
Tujuan dilaksanakannya Kegiatan Pemantauan dan Stok Pangan Pokok Strategis adalah:
Sasaran dari Kegiatan Pemantauan Stok Pangan Pokok Strategis Tahun 2019 adalah pedangan besar / grosir di Kota Prabumulih, Dinas Ketahanan Pangan Kota Prabumulih, Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian Kota Prabumulih dan Dinas Sosial Kota Prabumulih.
Keluaran(Output) yang diharapkan dari Kegiatan Pemantauan Stok Pangan pokok Strategis adalah:
Tabel Neraca Ketersediaan Pangan Kota Prabumulih Tahun 2019
No |
Komoditas |
Ketersediaan Setahun (Ton) |
Konsumsi (Kg/Kap/Thn) |
Kebutuhan Setahun (Ton) |
Perimbangan (Ton) |
Ket. |
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
1. |
Beras |
35.823,68 |
99,2 |
18.534 |
17.289,68 |
Cukup |
2. |
Gula Parir |
11.660 |
11,2 |
2.093 |
9.567 |
Cukup |
3. |
Minyak Goreng |
9.246 |
11 |
2.055 |
7.191 |
Cukup |
4. |
Terigu |
11.822 |
15,5 |
2.896 |
8.926 |
Cukup |
5. |
Bawang Merah |
1.318,26 |
2,7 |
504 |
814 |
Cukup |
6. |
Cabe merah |
929.90 |
4,23 |
790 |
140 |
Cukup |
7. |
Jagung |
442 |
0,5 |
93 |
349 |
Cukup |
8. |
Kedelai |
4.688 |
6,5 |
1.214 |
3.472 |
Cukup |
9. |
Kacang Tanah |
2.370.73 |
0,2 |
37 |
2.333 |
Cukup |
10. |
Kacang Hijau |
2.197,30 |
0,3 |
53 |
2.141 |
Cukup |
11. |
Ubi Kayu |
2.176,02 |
6,4 |
1.196 |
980 |
Cukup |
12. |
Ubi Jalar |
435 |
2,6 |
486 |
-61 |
Kurang |
13. |
Sayur-sayuran |
14.680,66 |
59,4 |
11.098 |
3.583 |
Cukup |
14. |
Buah-buahan |
10.756,7 |
32,7 |
6.109 |
4.647 |
Cukup |
15. |
Daging Ayam |
2.412,6 |
7,3 |
1.364 |
1048,6 |
Cukup |
16. |
Daging Sapi |
274,21 |
1,5 |
280 |
-6 |
Kurang |
17. |
Telur Ayam |
373,63 |
7.4 |
1.383 |
-1009 |
Kurang |
18. |
Ikan |
7.539,06 |
23,2 |
4.335 |
3.205 |
Cukup |
Keterangan :
- Data konsumsi diambil dari Data Susenas yang dikeluarkan oleh BPS
- Perimbangan (Ketersediaan – Kebutuhan)
- Kebutuhan = Konsumsi x Jumlah Penduduk
- Jumlah Penduduk Prabumulih Tahun 2019 adalah 186.834 Jiwa (Angka Sementara)